Rabu, 05 November 2014

Seni theater Kabuki

Seni Theater Kabuki
Kalian tentu tidak asing dengan Make-up seperti ini bukan ??
                    
Yap betul ini adalah make up salah satu kebudayaan jepang yang berasal dari seni theater jepang yang diberi nama Kabuki, Kabuki merupakan salah satu kebudayaan Jepang yang termasuk jenis seni teater karena memiliki unsur cerita yang dipadukan dengan seni tari dan musik. Dalam pertunjukan kabuki, seluruh peran dimainkan laki-laki, termasuk peran perempuan. Para pemain mengenakan kostum mencolok dan sangat mewah. Make-up-nya terbilang dramatis untuk menonjolkan sifat dan karakter tokoh.

Kabuki berasal dari kata kabusu, kabuki, kabukan, atau kabuki, yang berarti aneh. Seni drama ini diperkenalkan oleh Okuni, seorang pendeta dari daerah Izumo.
Berbicara tentang kebudayaan Jepang, ada banyak hal yang bisa membuat kita semua kagum. Negara-negara di dunia memang diciptakan berbeda, lengkap dengan kebudayaan yang juga berbeda. Jepang unik, begitupun dengan negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Secara garis besar, kebudayaan yang ada di banyak negara memiliki "payung" yang sama. Seperti tarian, musik, pertunjukkan teater, cerita rakyat, mitologi, pakaian khas dan hal-hal lain yang umum. Kebudayaan Jepang pun demikian.

Dari sekian banyak kebudayaan Jepang,seni teater lah menjadi salah satu andalan Negeri matahari terbit ini. Teater yang dimiliki oleh kebudayaan Jepang ini pada dasarnya hampir sama dengan teater yang ada di Indonesia. Namun, penggunaan berbagai perlengkapan seperti kostummake up dan bahasa saja yang tentu saja berbeda.




Sejarah Kabuki

 Izumo no Okuni (pendeta Okuni)adalah tokoh yang berpengaruh pada pertunjukan kabuki pada 1603.  Okuni berasal dari Kuil Kitano Temangu, Kyoto Jepang Yang dikenal orang hanyalah bahwa Okuni memainkan drama aneh pada masa itu, dengan pakaian mencolok dan iringan lagu populer.

Tidak disangka, ternyata kabuki mendapat respons sangat baik. Kebudayaan Jepang tersebut dengan cepat menjadi populer dan termasuk dalam kesenian avant garde Jepang masa itu, sehingga memunculkan banyak peniru.

Sayangnya, sejarah kabuki dinodai munculnya sekelompok Geisha (wanita penghibur) yang melakukan praktik prostitusi melalui pertunjukan drama onna-kabuki (kabuki yang dimainkan wanita) sehingga keshogunan Tokugawa melarang pementasan onna-kabuki pada 1629 karena dinilai melanggar moral. Kebudayaan Jepang ini pun sempat dilarang.

Dilarangnya kebudayaan Jepang yang satu ini berlanjut pada 1629 untuk wakashu-kabuki (kabuki Remaja laki-laki) yang rupanya menjadi selubung prostitusi di kalangan  pria-pria muda. Sebagai reaksi dari pelarangan tersebut, muncullah drama kabuki yang diperankan oleh  Yaro- kabuki  ( laki-laki dewasa , dan menjadi konsep drama kabuki yang dikenal sekarang.
Cerita yang cukup miris ternyata menghiasi sejarah terciptanya kebudayaan Jepang yang satu ini. Hingga akhirnya, seni teater khas Jepang ini bertahan hingga saat ini.




Jenis Theater Kabuki

Jenis theater kabuki terbagi menjadi 2 yaitu :

Kabuki-odori
Kabuki-odori dipertunjukkan dari masa kabuki masih dibawakan Okuni hingga di masa kepopuleran Wakashu-kabuki,Kabuki odori yang diperankan remaja laki-laki yang dalam pertunjuakanya lebih banyak tarian dan lagu dibandingkan dengan drama yang ditampilkan.dan konon ada yang disertai dengan akrobat.

Kabuki-geki
Kabuki-geki merupakan pertunjukan sandiwara yang ditujukan untuk penduduk kota di zaman Edo dan bercirikhas sandiwara dan tari. Peraturan yang dikeluarkan Keshogunan Edo mewajibkan kelompok kabuki untuk

" meniru kyōgen" inilah salah satu sebab kabuki berubah menjadi pertunjukan sandiwara. Alasannya kabuki yang menampilkan tari sebagai atraksi utama merupakan pelacuran terselubung dan pemerintah harus menjaga moral rakyat. Tema pertunjukan kabuki-geki bisa berupa tokoh sejarah, cerita kehidupan sehari-hari atau kisah peristiwa kejahatan, sehingga kabuki jenis ini juga dikenal sebagai Kabuki kyogen. Kelompok kabuki melakukan apa saja demi memuaskan minat rakyat yang haus hiburan. Kepopuleran kabuki menyebabkan kelompok kabuki bisa memiliki gedung teater khusus kabuki seperti Kabuki-za. Pertunjukan kabuki di gedung khusus memungkinkan pementasan berbagai cerita yang dulunya tidak mungkin dipentaskan.


Kostum Kabuki

Dalam penampilan kabuki, pemeran dalm kabuki selalu menghiasi rambutnya dengan berbagai aksesoris yang indah dan dihiasi dengan topi yang berbentuk seperti payung yang disebut dengan Nurigasa. Lalu, untuk menyamai penampilannya dengan seorang samurai, pemain kabuki membawa pedang yang diselipkan di Obi nya. Sebagai aksesoris tambahan pemain menggunakan selempang berwarna merah di dada yang disebut Karaori. Pada Koraori tersebut, terdapat hiasan gong kecil yang disebut dengan kane. 
kostum kabuki memiliki empat tahap perbedaan perkembangan yaitu :
pertama, pemakaian Eboushi (topi samurai) yang digunakan oleh Ichikawa Danjuro dihiasi dengan semacam tali kecil yang terbuat dari kumparan benang yang berwarna merah, putih, dan hijau. Sementara Matsumoto koshiro juga menggunakan Eboushi yang dihiasi dengan tali kecil yang terbuat dari kumparan benang. Namun tali kecil yang di gunakan oleh Motsumoto Koshiro itu sendiri terdiri dari empat warna yaitu merah, putih, hijau dan ungu.
Kedua, ichikawa Danjuro memakai Himo yang terbuat dari kain sutra yang berwarna putih, sementara itu Matsumoto Koshiro menggunakan Himo yang terbuat dari benang berwarna hijau yang digabungkan dengan cara dililit.
Ketiga, ichikawa Danjuro menggunakan Juban(baju dalam) yang mempunyai kerah yang disebut dengan Eri(kerah baju). Sementara Juban yang digunakan oleh Matsumoto Koshiro tidak mempunyai kerah.
 Keempat, Sou (seperangkat pakaian yang terdiri dari pakaian luar dan celana dengan motif berlipat) yang di kenakan oleh Ichikawa Danjuro berwarna coklat kemerah-merahan, sementara sou yang digunakan Matsumoto Koshiro berwarna coklat.



Unsur Panggung
 Seperti telah diuraikan dalam bagian terdahulu bahwa drama klasik Kabuki pada awal mulanya tidak dimainkan di atas panggung, tetapi ketika Okuni diundang shogun Tokugawa untuk menunjukkan kebolehanya di istana kaisar di Kyoto pada tahun 1604, maka untuk pertama kalinya drama klasik Kabuki dipentaskan di atas panggung. Panggung pementasan drama klasik kabuki terbagi dalam 6 bagian utama yaitu :
a)    Atoza ( bagian belakang panggung)
Tempat ini biasanya ditempati oleh musik pengiring yang disebut dengan istilah ayashikata.
b)   Wakiza ( bagian samping kanan panggung)
Tempat ini biasanya ditempati oleh 8 atau 9 orang penyanyi.
c)     Honbutai (panggung untuk pertunjukkan)
Tempat ini merupakan tempat drama klasik Kabuki dipentaskan
d)    Hanamichi
Tempat ini adalah istilah yang digunakan untuk panggung yang terletak di sisi kiri dan kanan panggung yang berbentuk lorong panjang yang menerobos di antara kursi-kursi penonton. Pada umumnya panggung yang lebih sering digunakan adalah hanamichi sebelah kiri.
e)    Mawari Butai
Istilah yag digunakan sebagai panggung pementasan drama klasik kabuki yang bisa berputar yang digerakan dari bawah oleh petugas pentas.
Mawari butai berfungsi untuk mengganti latar belakang panggung dan peralihan babak dengan cepat. Perubahan panggung ini tidak mengganggu cerita tetapi biasanya ditunggu-tunggu para penonton karena hal ini merupakan suatu hal yang menakjubkan.
Pada masa sekarang ini sehubungan dengan sudah majunya teknologi maka berputarnya panggung tidak lagi digerakkan dengan tenaga manusia, tetapi sudah menggunakan tenaga listrik.
f)      Oozeri
Peralatan yang sudah jadi dalam berbagai bentuk, sebenarnya Oozeri dapat dikatakan sebagai panggung mini yang dipersiapkan untuk dapat naik turun dengan mudah.

Unsur pemain
 Sesuai dengan salah satu persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah bakufu, maka semua pemain Kabuki haruslah pria. Namun dalam pementasan ada di antara pemain yang harus memainkan peranan sebagai wanita. Peran wanita dalam drama klasik Kabuki disebut onna-gata atau tateoyama Meskipun para pemeran wanita itu sesungguhnya adalah para pria tapi mereka dapat berperan dengan baik sehingga dalam penampilannya sulit dipercaya bahwa mereka adalah pria. Terdapat 3 jenis tingkatan peran wanita, dalam drama klasik kabuki yaitu :
a. Hime dan machimusume, yaitu peranan sebagai wanita muda
b. Okugata dan sewayobo, yaitu peranan sebagai wanita dewasa
c. Fukeoyama, yaitu peranan sebagai wanita tua
Para tokoh memainkan perannya sesuai dari urutannya yaitu dari muda hingga tua dan mereka berperan secara turun temurun. Dalam bermain drana klasik kabuki, para Orang tua wajib membimbing dan menentukan peran anak-anaknya, apakah perannya menjadi tachiyaku (= peran pria) atau tateoyama (= peran wanita), pendek kata mereka bermain sesuai dengan tingkatan usianya. Anak – anak yang memerankan suatu peran disebut koyaku (peran anak).
Dalam seni peran drama klasik kabuki , istilah Mie merupakan suatu hal yang penting yang tidak boleh terlewatkan, karena mie merupakan klimaks dari suatu akting dengan pose yang mengagumkan yaitu sikap seperti patung dengan mata yang melotot, Dengan kata lain, Mie juga merujuk kepada seorang pemain yang menghentikan aktivitasnya sejenak untuk mencapai klimak emosi di dalam akting yang diperankannya. Selain itu, dalam drama klasik kabuki dikenal juga adanya 2 jenis peran dasar yang terdiri dari 2 jenis wagoto dan aragoto.
Wagoto adalah jenis dasar drama klasik kabuki yang mencerminkan realitas kehidupan masyarakat kota yang berkembang di daerah kansai.Larakter utamanya naturalisme dan pokok ceritanya berkisar tentang kisah cinta pra dan wanita,
 Sedangkan Aragoto adalah jenis peran yang mencerminkan semangat masyarakat kota di daerah Edo yang berwatak sombong, kasar, berideologi kuat. Peran arigoto biasanya diimplementasikan ke dalam cerita-cerita kepahlawanan, kegagahan, semangat yang mengebu-gebu, sehingga hampir cenderung kasar tanpa adanya unsur yang lemah lembut seperti pada peran wagoto.
Itulah sebabnya make up para pemain aragoto make up berwarna merah terang, biru dan hitam. Warna-warna make up tersebut disebut kumadori yang melambangkan kekuatan dasyat dan kekuatan manusia yang luar biasa.

Cerita Kabuki

Rangka penopang drama kabuki adalah cerita sejarah yang disebut jidaimono. Penulis drama kabuki dari daerah Kamigata menjadi pionir dalam penulisan naskah drama ini. Mereka banyak mengadaptasi cerita Ningyo Jōruri.
Hal ini rupanya memicu kreativitas tersendiri bagi penulis kabuki asal Edo. Beberapa penulis kabuki asal Edo tergerak mengkreasikan drama-drama baru. Mereka ikut serta dalam menjaga kebudayaan Jepang tersebut, misalnya Tsuruya Namboku, penulis kabui yang banyak mengkreasikan cerita kepahlawanan dari zaman Bunka hingga zaman Bunsei. Begitu juga dengan Kawatake Mokuami yang populer di akhir zaman Edo hingga memasuki zaman Meiji.
Beberapa judul drama kabuki yang terkenal misalnya: Taiheiki no sekai, Heike monogatari no sekai, Sogamono no sekai, dan Sumidagawamono no sekai.

Istilah Dalam  Kabuki
Ada beberapa istilah dalam drama kabuki yaitu :
1. Sashigane
Di atas panggung, dalam pertunjukkan kebudayaan Jepang yang satu ini, jika ada adegan yang melibatkan aktor kabuki mengejar kupu-kupu atau burung, pembantu yang disebut koken (asisten di panggung yang sering berpakaian hitam) memegangi tongkat panjang. Di ujung tongkat panjang tersebut terdapat kupu-kupu atau burung yang disebut Sashigane. Dalam bahasa Jepang, istilah sashigane digunakan dalam konotasi negatif, yaitu "orang yang mengendalikan".
2. Kuromaku
Di atas panggung pertunjukan kabuki, saat salah satu jenis kebudayaan Jepang ini dimainkan, malam ditandai dengan tirai (maku) yang berwarna hitam (kuro). Dalam bahasa Jepang, ada istilah sekai no kuromaku. Dalam istilah itu, kata kuro (hitam) berubah makna menjadi “jahat”. Dalam bahasa Jepang, kuromaku berarti “dalang” seperti dalam arti dalang kejahatan”. 

Musik Kabuki
Seni musik pengiring kebudayaan Jepang, kabuki terbagi berdasarkan arah sumber suara. Musik yang dimainkan di sisi kanan panggung dari arah penonton disebut gidayubushiTakemoto (Chobo) adalah sebutan untuk gidayubushi khusus untuk kabuki.
Selain itu, musik yang dimainkan di sisi kiri panggung dari arah penonton disebut Geza ongaku, sedangkan musik yang dimainkan di atas panggung disebut Debayashi.
 Musik-musik itu berperan sebagai pemeriah dari pertunjukkan kebudayaan Jepang ini

Berikut Contoh Naskah Kabuki
Judul : Shiranami Gonin Otoko

Bercerita tentang sebuah geng bandit terkenal akan penipuan terbesar mereka. Di kota tua Edo, bahaya mengintai di tempat yang paling mengejutkan! (Kata shiranami berarti 'ombak putih' dan merupakan sinonim tua untuk 'pencuri').
Kejadiannya adalah, seorang gadis cantik dan kaya dengan hamba samurai nya tiba di sebuah toko kimono mahal untuk membeli bahan untuk pakaian pengantin pernikahannya. Sambil melihat tekstil yang berbeda, para asisten toko berpikir mereka melihat gadis itu mencuri sepotong crêpe, dan segera menuduh mereka adalah pasangan pencuri. Terjadilah perkelahian dan salah satu staf toko melukai gadis itu pada dahi dengan sempoa. Ini adalah pelanggaran serius terhadap pelanggan dan ketika hamba samurai membuktikan bahwa mereka benar-benar membeli crêpe di tempat lain (toko lain) adalah masalah besar bagi pemilik toko.
Terkejut oleh kesalahan, tuan toko menyerahkan uang sebagai kompensasi, tapi kemudian, samurai lain muncul dari dalam. Pria yang memperkenalkan dirinya melihat melalui trik dan dengan cepat memperlihatkan bahwa gadis dan pelayannya tadi adalah pencuri terkenal dari Benteng Kozo dan komplotannya. Gadis muda yang cantik tadi sebenarnya seorang pria yang menyamar. Gadis itu menurunkan lengan bajunya untuk mengungkapkan lengan bertato cerah, ia bangga menyatakan identitas aslinya dalam penampilan yang menarik dan ritmis pengenalan diri yang unik.
Tapi itu tidak semua. Ini hanya awal dari sebuah rencana besar kecerdikan mereka untuk mendapatkan lebih banyak uang keluar dari pemilik toko yang kaya. Pada kenyataannya, baik Benten Kozo dan komplotannya adalah anggota geng dari lima bandit yang pemimpinnya adalah Nippon Daemon yang terkenal, seorang jenius dari neraka. Seperti bermain terus, kita akan mencari tahu siapa ini samurai lain, dan akhirnya lima pencuri akan mengungkapkan diri dalam segala kemegahan berwarna-warni.





2 komentar:

  1. Halo, apakah kalian tau dimana tempat yg menyewakan kostum kabuki dan taiko disekitar jakarta? Trims

    BalasHapus
  2. maaf kalo tempat sewa gk tau deh tapi kalo bikin banyak tempatnya cari bahannya aja yang penting

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.